Kesamaan Islam dan Budaya Jepang

Published by forkitajp on

日本とイスラームの共通点

Sejarah Interaksi Jepang dengan Islam

  • Nama-nama periode pada sejarah Jepang terkait dengan periode kaisar yang berkuasa.
  • Periode Yayoi dekat dengan awal mula Tahun Masehi.
  • Jepang merupakan negara tertutup dari negara asing sebelum terjadinya Restorasi Meiji di periode Meiji. Hanya beberapa negara yang dapat masuk, seperti Belanda dan Portugal, di wilayah tertentu seperti Nagasaki, untuk perdagangan.
  • Sejak Zaman Meiji, Jepang aktif menerima hubungan dari luar, salah satunya adalah Kapal Perry dari Amerika Serikat. Jadi, baru dalam 100 tahun terakhir Jepang terbuka dengan negara asing, yang berimbas dengan sulitnya Jepang, khususnya generasi tua, dalam menerima budaya asing.
  • post-image-1
    Periode-periode dalam sejarah Jepang.
  • Hubungan Jepang dengan Islam pun dimulai pada Periode Meiji. Pada tahun 1890, kapal Kesultanan Utsmani Turki terdampar dalam perjalanan pulang di perairan Kushimoto-cho, Wakayama, akibat terkena badai. Kapal ini merupakan kapal ekspedisi kunjungan balasan perwakilan kekaisaran Jepang yang sebelumnya melakukan kunjungan bilateral ke Turki. Kru kapal yang terdampar ditolong oleh penduduk setempat. Prasasti terkait kejadian ini ada di Wakayama.
  • Menurut sebuah literatur, orang Jepang pertama yang memeluk Islam dan berangkat haji adalah seorang wartawan bernama Noda Seitaro (1868–1904).
  • Pasca Perang Dunia, interaksi antara Jepang dan negara-negara Islam adalah dari bisnis minyak tanah dan meningkatnya pelajar-pelajar asing muslim yang datang ke Jepang.
  • Pada tahun 1980an, jumlah pekerja Iran, Pakistan, dan Banglades meningkat karena memiliki kemudahan untuk masuk ke Jepang. Banyak di antaranya yang menikah dengan warga Jepang, sehingga jumlah mualaf lokal meningkat
  • Pada tahun 2000an, jumlah masjid di Jepang meningkat tajam. Menurut data tahun 2014, terdapat 80 masjid di Jepang, dengan 3 masjid (tempat ibadah) pertama adalah Masjid Kobe, Tokyo Camii, dan Balai Indonesia (SRIT).

Kesan Orang Jepang Terhadap Islam

  • Orang Jepang belum memiliki pengetahuan yang dalam mengenai Islam, berhubung interaksi Jepang dan Islam relatif baru.
  • Peran media yang menyediakan informasi yang berpihak menyebabkan kesalahpahaman terkait Islam.
  • Banyak aturan Islam yang dirasa tidak cocok bagi orang Jepang.
  • Alasan-alasan peraturan dalam Islam sulit dimengerti orang Jepang.

Kunci Kesuksesan Dakwah

  • Agar dakwah kepada orang Jepang bisa efektif, perlu disampaikan persamaan antara Islam dan Jepang. Selain itu, pesan perlu disampaikan dengan baik (hikmah) agar dapat diterima dengan baik pula.

Konsep Ketuhanan dalam Islam dan Shinto

  • Shinto (神道) secara harfiah berarti “Jalan Tuhan” dan menjadi the way of life bagi orang Jepang. Tuhan di sini bermaksud Tuhan dari segala macam ajaran agama dan dijalankan sekehendak mereka. Hal ini merupakan pelaksanaan Shinto bagi orang Jepang.
  • Meskipun begitu, Shinto juga memiliki kemiripan dengan Islam dalam konsep ketuhanan. Di dalam Islam, terdapat Sang Pencipta (Allah) dan yang diciptakan (ruh). Sementara di dalam Shinto, terdapat daigenrei (大元霊) yang merupakan “arwah sang penyebab” dan kamigami/wakemitama (神々/分霊) yang merupakan dewa-dewa yang banyak dan setara dengan makhluk. Namun, orang Jepang biasa menuhankan segala sesuatu yang membuat mereka kagum, seperti gunung dan pohon, dan ini biasa disebut dengan istilah kamisama yang biasa diartikan sebagai “Tuhan”. Sehingga, perlu berhati-hati dalam menyampaikan konsep ketuhanan kepada orang Jepang, dimana ketika menyebut Allah sebagai kamisama (Tuhan), namun sebenarnya merujuk kepada daigenrei.

Kesamaan antara Islam dan Budaya Jepang: Damai

  • Islam dan Jepang sama-sama mencintai kedamaian. Islam sendiri berarti damai.
  • Perintah zakat, puasa, dan haji mengajarkan umat Islam untuk memikirkan, tidak membebani, memuliakan, dan merasakan perasaan orang lain.
  • Umat Islam juga dilarang untuk membunuh, malah diwajibkan untuk menyelamatkan nyawa.

Kesamaan antara Islam dan Budaya Jepang: Mengikuti Peraturan

  • Perlu disampaikan bahwa Islam itu mudah, agar orang Jepang tidak menganggap bahwa Islam tidak sesuai bagi mereka.
  • Sebagai contoh, melaksanakan shalat lima waktu bukan merupakan beban dan bisa dianggap seperti rehat di tengah kerja. Selain itu, juga ada kemudahan-kemudahan terkait pelaksanaan ibadah.
  • Contoh lain, terkait puasa. Ada kemudahan-kemudahan bagi orang yang mengalami kondisi tertentu, meskipun wajib bagi yang mampu. Hal ini serupa dengan kondisi di Jepang yang memiliki aturan khusus bagi kondisi tertentu.
  • Perlu disampaikan juga bahwa aturan-aturan dalam Islam telah ditentukan dan tertera dalam Al-Quran dan Hadits, serta telah diberi contoh oleh Rasulullah SAW sebagai teladan dalam hidup bagi umat Islam (sebagai ayah, pemimpin, pedagang, dsb), selain peran beliau SAW sebagai nabi.
  • Untuk memahami alasan aturan dalam Islam, perlu ditekankan bahwa aturan tersebut merupakan perintah dari Allah Sang Pencipta yang bersifat mengikat. Dalam kantor pun, tidak selalu aturan yang dibuat oleh atasan disertai dengan alasan yang rinci.

Kesamaan antara Islam dan Budaya Jepang: Kehidupan Setelah Kematian

  • Orang Jepang memiliki konsep kehidupan setelah kematian, meskipun banyak juga yang tidak yakin terkait kehidupan setelah kematian.
  • Perlu disampaikan terkait adanya alam kubur, selain surga dan neraka.
  • Perlu disampaikan juga bahwa pada dasarnya, orang Islam yang baik akan masuk surga.

Kesamaan antara Islam dan Budaya Jepang: Kebergantungan Terhadap Pihak Lain

  • Orang Jepang sangat bergantung pada orang lain (meminta tolong pada sesuatu) karena tidak dapat hidup sendiri.
  • Dalam Islam, Allah merupakan tempat bergantung.
  • Umat Islam dituntut untuk hidup sesuai dengan manual yang dibuat oleh Pencipta.
Artikel ini merupakan rangkuman Kajian Islam Kimochi edisi 144, sesi Serial Bahasa Jepang untuk Dakwah, yang disampaikan oleh Muhammad Mustafainal Akhyar pada Ahad, 3 Februari 2019 M (19 Jumadil Awwal 1440 H) di Masjid Indonesia Tokyo.
Slide presentasi sesi ini dapat diakses melalui tautan berikut.

Rekaman Kajian Islam Kimochi #144

> Sesi 1 oleh Muhammad Mustafainal Akhyar
> Sesi 2 oleh Ustadz Jailani Abdul Salam, Lc., M.A.


Kontributor: Abdul Aziz