Generasi Pembelajar Islam: Bermuslim, Belajar, Berkarya di Negeri Sakura
Ahad, 15 April 2018 M, Aula SRIT, Balai Indonesia Tokyo
Menjalankan amanah sebagai seorang muslim bukanlah hal yang mudah, ditambah dengan tantangan hidup di lingkungan minoritas muslim. Hal ini dirasakan oleh kebanyakan masyarakat muslim Indonesia di Jepang. Ditambah dengan meningkatnya jumlah pelajar muslim dari tahun ke tahun, keperluan untuk saling menjaga saudara se-agama dalam aqidah Islam juga semakin meningkat. Forkita (Forum Kajian Islam Tokyo dan sekitarnya) pada tanggal 15 April 2018 telah melaksanakan Kajian Islam Kimochi ke-130 dengan agenda kali ini dilaksankana dalam rangka menyambut mahasiswa baru (PMB) yang masuk pada periode April 2018.
Dalam acara ini, Ketua Forkita, Bapak Aksanul Fardhi, dan Atase Pendidikan KBRI Jepang, Dr. Ir. Alinda F.M. Zain, M.Sc, memberikan sambutan dan berpesan akan pentingnya memiliki komunitas sebagai tempat untuk berkumpul, bertukar informasi dan ilmu, terutama dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Forkita. Hal ini diharapkan agar mahasiswa muslim di Tokyo dan sekitarnya dapat saling bertemu, bertukar informasi dan menimba ilmu.
Materi Sesi I
Panduan Fikih Praktis di Jepang
Narasumber: Ustadz Jailani Abdul Salam, Lc., MA.
(Imam Masjid Hiroo dan Dewan Syariah KMII Jepang)
Bahasan pertama pada kajian sesi satu mengenai fiqih praktis selama berada di Jepang. Beberapa hal penting yang dibahas dalam hal panduan fiqih praktis ibadah, meliputi:
Thaharah
Thaharah merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah atau shalat. Thaharah secara bahasa berarti bersuci, hal ini dilakukan dengan cara mandi, wudhu maupun tayamum. Permasalahan yang sering dialami di Jepang adalah tidak adanya tempat khusus untuk berwudhu khususnya dalam membasuh kaki, dikarenakan adanya kesulitan jika harus mencuci kaki di wastafel. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Ali ibn Abu Thalib, sepatu maupun kaus kaki boleh dibasuh saat berwudhu, sehingga tidak perlu mengangkat kaki ke wastafel. Hal ini dapat dilakukan dengan syarat, ketika memakai sepatu itu orang tersebut dalam keadaan suci, yaitu berwudhu sempurna dengan kaki sudah dicuci bersih minimal hingga mata kaki. Waktu syahnya diperbolehkan membasuh bagian atas sepatu maupun kaus kaki ini adalah hingga 24 jam saat tidak dalam safar.
Shalat
Apakah shalat bisa di jama’? Jama’ tidak ada hubungan dengan safar, namun safar berhubungan dengan qasar. Jama’ dilakukan apabila tidak bisa melakukan shalat pada waktunya, di mana apabila dalam waktu tersebut dilakukan shalat maka akan terjadi bahaya atau kesulitan. Bagi yang sedang di negara minoritas, maka tipsnya adalah dengan menunjukkan dan menjelaskan identitas kita dari awal bahwa kita muslim kepada pihak terkait, di mana harus melakukan ibadah 5 kali sehari. Apabila sedang dalam kegiatan, dan melewati waktu shalat, usahakan untuk meminta izin.
Lalu, bagaimana jika shalat dalam posisi berkendaraan? Usahakan lakukan di luar kendaraan. Jika tidak bisa maka lakukan shalat sesuai dengan rukun dan syaratnya. Berdiri dan menghadap kiblat (walaupun di dalam pesawat usahakan menanyakan kepada petugas apakah ada tempat shalat). Bagaimana dengan arah kiblat? Ikuti ke arah kiblat, jika pesawat berbelok maka tidak masalah. Sedangkan tempat shalat tidaklah menjadi masalah dikarenakan semua permukaan bumi boleh dipakai shalat, kecuali tempat yang ada najisnya seperti toilet, kamar mandi, dan kandang ternak.
Bahasan kedua terkait mengenai makanan. Setidaknya ada beberapa hal yang penting untuk dibahas dalam hal panduan fiqih praktis makanan, meliputi:
Daging sembelihan
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka.” (QS. al-Maidah: 5).
Dalam hal ini ada 2 pendapat dalam penafsiran ayat tersebut. Pendapat pertama, walaupun daging berasal dari ahli kitab, harus yakin bahwa hewan benar-benar disembelih, bukan disuntik, dibius atau yang lainnya. Pendapat yang kedua, daging dari ahli kitab boleh untuk dikonsumsi. Jika ada yang memakan daging yang berasal dari New Zealand, Australia maka tidak boleh disalahkan karena mereka menganggap daging itu disembelih oleh ahli kitab, dan halal hukumnya sesuai dengan dalil ayat tersebut, walaupun tidak memiliki label halalnya.
Alkohol
Kandungan khamr walau sedikit tetap lah haram. Sementara alkohol, apabila ada kandunganya sedikit dan tidak berfungsi sebagai perasa, seperti untuk pengawet dan lain-lain, masih dapat dimaklumi. Berdasarkan fatwa MUI makanan atau minuman memiliki kriteria batasan maksimum kandungan alkohol. Namun, jika ingin menghindari kandungan alkohol, maka akan lebih baik untuk berhati-hati dengan memperhatikan ada tidaknya kandungan alkohol dalam makanan tersebut.
Materi Sesi II
Panduan Sukses Studi di Jepang (1)
Narasumber: Dr.Eng. Adiyudha Sadono
(Alumnus Tokyo Institute of Technology)
Pada sesi sharing kali ini, Mas Yudha menyampaikan kiat sukses kuliah di Jepang. Dalam hal ini beliau menyampaikan bahwa beban kuliah dan riset untuk mahasiswa S1, S2 dan S3 berbeda. Namun, meski berbeda, beliau menyarankan agar harus tetap diimbangi dengan kegiatan lain berupa rekreasi, pengajian, sosialisasi. Ada beberapa kiat yang beliau sampaikan untuk sukses berkuliah di Jepang, yaitu:
- Membangun team work/berjuang bersama/berjamaah/tidak sendirian.
- Manajemen waktu: belajar, refreshing dan istirahat merupakan bagian yang harus dijalankan secara seimbang.
- Hourensou (報連相): merupakan singkatan Bahasa Jepang yang berarti laporkan (houkoku – 報告), kontak (renraku – 連絡) dan konsultasi (soudan – 相談). Hal ini harus dilakukan secara seimbang untuk tetap membangun semangat dan hubungan yang baik dengan profesor maupun anggota laboratorium.
- Menikmati semua hal yang dilakukan. Not only do what you love but love what you do, yang bias dilakukan melalui penyeimbangan agenda akademik, rekreasi dan sosialisasi.
- Hal yang paling pamungkas yaitu tetap berusaha dan berdoa. Kita harus bersyukur sebagai muslim karena Allah mengkaruniakan doa, sehingga kita tetap terus berpasrah kepada-Nya dalam setiap ikhtiar kita.
Panduan Sukses Studi di Jepang (2)
Narasumber: Azhar Aulia Saputra, M.Eng.
(Mahasiswa Doktoral Tokyo Metropolitan University)
Di sini beliau membahas mengenai menjadi mahasiswa tangguh. Beliau membagi tips sebagai berikut:
- Faktor ruhiyah, yaitu meluruskan niat untuk mencari ridha Allah SWT dan menjaga diri supaya fokus pada tujuan, seperti tujuan untuk belajar di Jepang. Menjaga kondisi ruhiyah dengan beberapa cara seperti shalat tepat waktu, dzikir, membaca Al-Quran, dan menjaga hawa nafsu.
- Faktor ikhtiar. Dalam hal ini terdapat beberapa cara untuk memaksimalkan faktor ikhtiar, yaitu menentukan riset dengan tepat, meningkatkan ilmu, menumbuhkan kepercayaan lingkungan sekitar terhadap kita, pengelolan riset, publikasi, mendapatkan beasiswa, dan menjaga diri dari budaya yang tidak baik.
Dalam hal menentukan topik riset, beliau menyampaikan hal ini dapat didasarkan pada keahlian, keinginan atau pengalaman, melakukan survei dan tidak takut dengan memulai riset baru.
Selain itu, untuk menumbuhkan kepercayaan dapat dilakukan dengan menjaga amanah yang diberikan, menunjukkan hasil melebihi ekspektasi, menjaga amanah, mencoba membantu masalah di dalam lingkungan laboratorium, serta ringan tangan dalam membantu teman di laboratorium.
Di samping itu, beliau juga berbagi mengenai tips dalam hal pengelolaan riset, yaitu selalu mencatat progres, stay update, membagi topik riset menjadi beberapa bagian workspace, tidak terpaku pada satu masalah, mencari alternatif kerja yang menginspirasi, membuat deadline pribadi, memperbanyak kolaborasi dengan teman dan instansi, mengelola hasil riset yang akan dilaporkan saat meeting atau seminar dengan baik.
Panduan Sukses Studi di Jepang (3)
Narasumber: Dr.Eng. Marlinda
(Alumnus Tokyo University of Agriculture and Technology)
“Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat untuk orang lain.” Hal ini menjadi moto hidup perempuan inspiratif yang kerap disapa Mbak Linda oleh rekan-rekan sekitarnya.
Beliau memulai bahasan dengan membagi kisah perjalanan hidupnya di Jepang. Mbak Linda pertama kali datang ke Jepang pada tahun 1996. Beliau menjalani kuliah tingkat 4 dengan status “menikah”, dan tentu saja hal ini bukanlah sesuatu yang mudah. Beliau memutuskan untuk rehat selepas menyelesaikan program S1 dan fokus dengan menjalankan kewajiban sebagai istri dan ibu. Kemudian, Mbak Linda kembali melanjutkan S2 setelah memiliki 2 orang anak. Pada tingkat ini pun, Mbak Linda mengalami kesulitan-kesulitan membagi waktu antara perannya sebagai mahasiswa, istri dan ibu. Ujian yang cukup besar beliau hadapi saat tengah menjalani program S3-nya, dikarenakan beban akademik saat itu yang mewajibkan untuk menuliskan 2 publikasi ilmiah. Namun, pada tahun ketiga beliau memutuskan untuk mengambil cuti akademik. Akhirnya, setelah melahirkan anak ke-4, beliau kembali pada aktivitas laboratorium dengan posisi sebagai asisten dan sekaligus menyelesaikan publikasi ilmiah ketiganya. Akhirnya, Mbak Linda pun berhasil menyelesaikan program doktoralnya dengan hasil yang memuaskan. Saat ini, aktivitas Mbak Linda adalah bekerja di Yano Research, yang merupakan salah satu perusahaan Jepang.
Pada akhir sesi ini, Mbak Linda menyampaikan kiat-kiat keberhasilannya sehingga sukses menempuh karirnya, sebagai berikut:
- Bergabung dalam komunitas muslim.
- Memilih partner yang memiliki prinsip yang sama.
- Memilih sekolah dan tempat bekerja sesuai dengan kondisi keluarga.
- Aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan masyarakat Islam.
Wallahu a’lam bishshawab
Rekaman Kajian Islam Kimochi #130
> Bagian 1
Kajian Islam Kimochi #130Special Penyambutan Mahasiswa BaruAhad, 15 April 2018Sekolah Republik Indonesia Tokyo
Posted by Forkita Jepang on Saturday, April 14, 2018
> Bagian 2
Kajian Islam Kimochi #130Special Penyambutan Mahasiswa Baru(lanjutan)
Posted by Forkita Jepang on Saturday, April 14, 2018
Kontributor: Retno Miranti; Fotografer: Mushlih Muharrik; Editor: Abrory ACP