Tiga Skema Pahala ala MLM dalam Islam
Di dalam Islam, ada satu konsep pahala yang sangat mirip dengan konsep MLM (Multi Level Marketing): Jika si A me-XXX suatu kebaikan, lalu si B melakukannya, maka si A akan mendapatkan pahala sebesar pahala yang didapatkan si B.
Konsep ini menjadi sangat strategis untuk dikejar setiap muslim karena potensinya untuk terus menggelinding seperti bola salju. Persis seperti MLM; bisa jadi tanpa disadari orang yang berada di piramida bagian atas, jumlah downline ke bawahnya terus berkembang, dan ada bagian pemasukan dari mereka semua yang tetap masuk ke rekening orang di atasnya.
Tapi, mari kita review kembali konsep pahala ala MLM tersebut. Awalannya adalah jika si A me-XXX suatu kebaikan. Apa sebenarnya kata kerja yang cocok untuk mengisi XXX tersebut?
Bisa jadi di antara yang terlintas di benak kita adalah “mengajak”. Betul, itu adalah salah satu jawaban yang benar dan paling populer.
Tapi kalau kita coba cermati kembali hadits-hadits yang terkait, maka sebenarnya ada lebih dari satu kata kerja yang bisa menjadi jawaban, tidak hanya terbatas pada “mengajak”. Lebih tepatnya ada tiga kata kerja. Hal ini karena konsep pahala ala MLM tersebut bisa dijumpai di minimal tiga hadits yang berbeda, dan masing-masing menggunakan diksi kata kerja yang berbeda.
Apa saja?
- Dalla: Menunjukkan/menggagas
Dari hadits “… مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ” (barangsiapa menunjukkan pada kebaikan …)
“Dalla” memiliki akar kata yang sama dengan “dalil” - Da’aa: mengajak
Dari hadits “… مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى” (barangsiapa mengajak kepada petunjuk/kebaikan …)
“Da’aa” memiliki akar kata yang sama dengan “da’wah” - Sanna: memelopori
Dari hadits “… مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً” (barangsiapa memelopori sunnah hasanah/kebaikan dalam Islam …)
“Sanna” memiliki akar kata yang sama dengan “sunnah”
(Hadits komplitnya semua dilampirkan di akhir tulisan)
Maka, seolah-olah Allah menyiapkan tiga skema yang berbeda bagi kita untuk mengejar pahala dengan konsep ala MLM, yaitu: dalla (menggagas), da’aa (mengajak), dan sanna (memelopori).
Untuk dalla (menggagas), dengan makna umumnya, memahaminya tidak susah. Ada suatu kebaikan yang sebelumnya tidak terpikirkan sedikitpun oleh orang-orang, tapi berkat penggagas ini, jadi terpikirkan.
Sedangkan untuk da’aa (mengajak), gagasan kebaikannya sudah ada, tapi belum tersampaikan. Berkat pengajak ini, jadi tersampaikan ke banyak orang.
Terakhir untuk sanna (memelopori), memahaminya perlu sambil mengecek kisah pembuka di haditsnya, agar konteksnya bisa kita pahami. Dikisahkan ada sekelompok orang miskin yang datang ke Madinah untuk menemui Rasulullah. Semua sahabat dikumpulkan dan diminta untuk berinfaq secara terbuka untuk mereka. Awalnya sahabat menyumbang sedikit-sedikit dan Rasulullah SAW belum puas. Tapi kemudian ada seorang Anshar yang membawa sumbangan banyak sekali sepenuh kedua tangannya. Hal ini memicu para sahabat untuk berbondong-bondong ikut menyumbang, hingga dikisahkan terkumpul sumbangan sebesar dua bukit.
Sehingga untuk sanna (memelopori), bisa jadi ide kebaikannya sudah ada, sudah tersampaikan ke banyak orang. Tapi masih ada rasa enggan/ragu/segan yang menghambat, sehingga belum viral, belum banyak yang tergerak. Berkat pelopor ini lah perasaan enggan/ragu/segan tersebut terhapus.
Sebagai ilustrasi tambahan, mari kita coba bahas tentang komunitas ODOJ (One Day One Juz). Sejak soft launching tahun 2013 silam, kini anggotanya sudah di kisaran ratusan ribu orang. Mereka semua tergabung dalam grup-grup WA dengan 30 anggota, dan masing-masing saling memotivasi untuk menyelesaikan target tilawah 1 juz setiap hari.
Masya Allah, bisa kita bayangkan betapa ODOJ ini adalah lumbung pahala yang luar biasa bagi setiap orang yang terlibat di dalamnya.
Tapi bagaimana kira-kira kisah awal pembentukan ODOJ ini? Kita bisa berandai-andai bahwa pasti ada orang-orang yang mewakili karakter dalla (menggagas), da’aa (mengajak), dan sanna (memelopori) yang mengawali ini semua.
Percakapannya mungkin seperti ini:
A: “Bro, gw punya ide nih, tilawah itu banyak keutamaannya, tapi biasanya susah termotivasi kalau sendirian. Gimana kalau kita bikin ODOJ pakai WA? Bla bla bla”
B: “Wah sip, mantep banget. Gw bikinin poster, disebar di grup2 WA gw ya; gw sebar juga ke temen yg admin website2 Islam, bla bla bla”
C: “Wah kebetulan nih. Gw langsung coba terapkan ke 3 kelompok pengajian binaan saya ya sebagai pemicu. Nanti biar orang2 tidak segan untuk gabung, bla bla bla”
Si-A, si-B, dan si-C berturut-turut –mari kita doakan– semoga diganjar dengan skema dalla (menggagas), da’aa (mengajak), dan sanna (memelopori). Itu maknanya pahala orang-orang yang secara istiqamah membaca Qur’an lewat washilah ODOJ hingga hari ini terus mengalir ke si-A, si-B, dan si-C.
Jika dipikirkan, betapa adilnya Allah dengan menyiapkan tiga macam skema yang berbeda. Ini berarti lebih banyak orang yang bisa terlibat beramal dalam skema pahala MLM ini, tidak hanya segelintir orang saja. Tidak lagi kita bisa beralasan, “Ah, saya mana bisa mengajak, saya orangnya pendiam, tidak banyak jejaring …”, karena tentu masih ada skema dalla (menggagas) dan juga sanna (memelopori) untuk dikerjar.
Dan semoga ini memotivasi kita untuk terus memperbanyak amal, terutama amalan-amalan dengan skema dalla (menggagas), da’aa (mengajak), dan sanna (memelopori) yang berdampak pada masyarakat banyak.
وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّـهَ بِهِ عَلِيمٌ
“Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS 2:215)
Referensi hadits:
-
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)
Versi lengkapnya:
Dari Abu Mas’ud Al Anshori RA, beliau berucap, “Seorang lelaki datang menemui Nabi SAW kemudian berucap, ‘Sesungguhnya perjalananku telah terputus maka bawakanlah tunggangan untukku.’ Maka Nabi SAW menjawab, ‘Aku tidak punya hewan tunggangan lain.’ Lantas ada seorang lekaki yang berucap, ‘Wahai Rasulullah, aku dapat menunjukkannya kepada orang yang dapat membawakannya.’ Kemudian Rasulullah SAW pun bersabda, ‘Barangsiapa yang menujukkan kepada suatu kebaikan maka baginya balasan semisal dengan orang yang melakukannya.‘” (HR Muslim) -
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada sebuah petunjuk maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi akan pahala-pahala mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)
Versi lengkapnya:
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang menyeru kepada sebuah petunjuk maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi akan pahala-pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang menyeru kepada sebuah kesesatan maka atasnya dosa seperti dosa-dosa yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR Muslim) -
مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ
“Siapa yang memelopori suatu sunnah hasanah dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang menerapkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun.” (HR Muslim)
Versi lengkapnya:
Jarir bin Abdillah berkata: Kami bersama Rasulullah SAW di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang telanjang kaki dan telanjang dada berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah SAW berubah ketika melihat kefaqiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar dan memerintahkan Bilal untuk adzan, lalu Bilal adzan dan iqamat, kemudian beliau shalat. Setelah shalat beliau berkhutbah seraya membaca ayat An-Nisa:1 dan Al-Hasyr:18.Lalu bershadaqah seseorang dengan dinarnya, dirhamnya, pakaiannya, takaran sha’ kurmanya sampai beliau SAW berkata walaupun dengan separuh kurma.
Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak shurroh (yaitu sejumlah apa yang mampu dibawa dan diikat dengan sesuatu), hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan tidak mampu. Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah Rasulullah SAW bersinar seperti emas, lalu Rasulullah bersabda, “Siapa yang memelopori suatu sunnah hasanah dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang memelopori suatu sunnah sayyiah dalam Islam, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR Muslim)
Kontributor: Radon Dhelika (alumnus Tokyo Institute of Technology)