Membangun Keluarga Qurani
- Keluarga merupakan sel terkecil dalam sebuah masyarakat.
- Sebelum menjalani kehidupan rumah tangga, harus ada perbaikan dari masing-masing individu untuk berkomitmen dalam menghafal dan mengamalkan Al-Quran
- Keluarga Qurani bukan sekedar keluarga yang hafal teks Al-Quran, tetapi juga mampu mengamalkan nilai-nilai Qurani dalam kehidupan keluarga tersebut.
Langkah-langkah membangun keluarga Qurani
- Keluarga memiliki visi dan misi untuk membentuk generasi Qurani, memiliki kepribadian dan akhlak Qurani.
- Memahami keutamaan Al-Quran, keutamaan berinteraksi dengan Al-Quran, keutamaan keluarga yang ada hafizh Al-Qurannya.
- Orang tua merupakan teladan dalam menerapkan nilai-nilai Al-Quran di rumah tersebut. Perlu menanamkan nilai-nilai tersebut kepada anak sehingga tidak terpengaruh oleh lingkungan ketika meninggalkan rumah.
- Jadikan rumah tangga sebagai lingkungan Qurani yang paling kecil. Harapannya ke depan lingkungan yang lebih besar (seperti RT, RW, kompleks perumahaan, dst) dan masyarakat dapat pula menerapkan nilai-nilai Qurani.
Salah satu kitab yang bisa menjadi rujukan dalam mengambil nilai-nilai suatu ayat Al-Quran adalah Kitab Al-Quran tadabbur wa ‘amal. - Banyak berdoa, khususnya di waktu-waktu dan di tempat yang mustajab.
Teladan dari kisah Ibnu al-Jazari (Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Yusuf, wafat tahun 833 H): Beliau berasal dari Jazīrat Ibn ʿUmar, suatu daerah di antara Syam dan Turki. Beliau lahir dari ayah dan ibu yang mandul. Saat ayahnya menunaikan haji pada tahun 751 H, sang ayah teringat akan hadits terkait air zamzam yang tergantung pada doa yang dipanjatkan ketika meminumnya. Maka ia pun berdoa agar dikaruniai anak yang shalih, yang ‘alim, yang ilmunya menyinari seluruh permukaan bumi. Pada 26 Ramadhan di tahun berikutnya, Ibnu al-Jazari pun lahir. Ibnu al-Jazari disebut sebagai “imam semua orang dalam baca Al-Quran” karena bacaan Al-Quran saat ini lewat beliau. Ia merangkum bacaan Al-Quran semua orang dalam “Taqrīb al-Nashr fī al-qirāʼāt al-ʻashr” yang ditulis dalam perjalanan keliling Eropa. Ia juga mengajarkan Al-Quran kepada keluarga Khalifah Utsmani yang saat itu dipimpin oleh Sultan Bayezid (kakek dari orang tua Muhammad Al-Fatih) di Bursa (ibukota Khalifah Utsmani saat itu). - Tumbuhkan kecintaan terhadap Al-Quran. Bisa dengan mempelajari sejarah para ahli Al-Quran dari masa ke masa, menyediakan sarana dan prasarana yang bisa mendekatkan anak-anak pada Al-Quran.
- Memotivasi anggota keluarga
- Banyak menyimak Al-Quran, baik bacaan satu sama lain atau bacaan Al-Quran syaikh-syaikh.
- Mencari lingkungan Al-Quran, agar anak-anak terpola untuk selalu dekat dengan Al-Quran.
- Berguru kepada ahli Al-Quran
- Menyusun jadwal tetap untuk Al-Quran
- Menjauhi maksiat
Sesi Tanya Jawab
- Bagaimana hukum mahar dengan bacaan Al-Quran?
Hal ini pernah terjadi di masa Rasulullah SAW. Hukumnya boleh, akan tetapi ada tugas lain yang lebih penting yaitu mengajarkan nilai-nilai Al-Quran yang dibacakannya. Luruskan niat hanya karena Allah SWT (Hadits Arba’in nomor 1 tentang niat), sehingga setelah menikah dapat melanjutkan dan menjaga hafalan Al-Quran. - Lupa bacaan Quran di tengah shalat untuk murajaah?
Boleh skip ayat yang terlupa dan dilanjutkan dengan ayat yang diingat dari surah tersebut. Jika benar-benar lupa ayat selanjutnya, boleh diganti dengan ayat lain yg mudah. Dalam shalat sunnah boleh memegang mushaf, sehingga bisa melihat mushaf ketika lupa. - Dalam membaca Al-Quran, mana yang lebih utama antara khatam sebulan sekali atau membaca lebih sedikit dengan mentadabburinya sehingga lebih lama khatamnya
Dalam kondisi sesibuk apa pun, jika ingin menghafal maka harus menjalankan 3 hal secara bersamaan tanpa mengabaikan salah satu dari ketiganya, yakni menghafal, tilawah, dan murajaah. Para ulama mengatakan bahwa makna tilawah adalah “mengikuti”, yang bisa bermaksud (1) dibaca berurutan dari awal sampai akhir dan (2) setelah tilawah ada hal yang bisa kita ambil hasil tadabbur dan bisa dilaksanakan dalam keseharian. Sehingga tilawah tidak hanya lisan, tapi juga memerlukan hati dan pikiran. Perlu juga diusahakan untuk bisa membaca 1 juz setiap hari. Jika kesulitan dalam waktu, bisa dengan mengurangi porsi hafalan agar murajaah lebih terjaga. - Bagaimana solusi istri yg membaca Al-Quran dengan memberikan tanggungjawab rumah tangga kepada suami?
Referensi buku: Psikologi Suami Istri. Pola fikir laki-laki dan perempuan sulit untuk bertemu. Kunci penting dalam rumah tangga adalah komunikasi dan saling ridha. Juga perlu minta keberkahan kepada Allah SWT terhadap waktu-waktu kita. - Terkait tren pesantren tahfidz, bagaimana orangtua mengarahkan anak untuk ke pesantren?
Ada sisi positif ketika anak dimasukkan ke pesantren (sesuai konteks zaman), akan tetapi jangan sampai anak merasa terpaksa ketika masuk pesantren. Anak yang terpaksa masuk pesantren bisa membuat anak kesulitan menerima pendidikan di pesantren. Perlu mengkondisikan anak, menciptakan lingkungan yang Islami dalam keluarga. - Apakah berdosa untuk mengajarkan membaca Al-Quran kepada non-muslim?
Bagus. Meski tidak ada niat bagi orang non-muslim untuk masuk Islam, semoga menjadi pintu hidayah dengan mengajarkan bacaan Al-Quran.
Mushaf dengan terjemah tidak bisa dianggap sebagai mushaf murni, tetapi dapat dimaknai sebagai kitab tafsir, sehingga boleh disentuh siapa saja tanpa bersuci. - Apakah boleh memperdengarakan bacaan Al-Quran kepada orang yang sakaratul maut, baik dibacakan langsung maupun melalui rekaman (mp3)?
Dalam kondisi sakaratul maut (berat), berikanlah informasi yg mudah: talqin (lafaz “laa ilaaha illa Allah“). Tidak ada salahnya memperdengarkan dengan rekaman. Akan tetapi lebih baik jika kerabat dekatnya yang memperdengarkannya langsung. - Bagaimana cara menguatkan hafalan (doa, amalan, makanan)?
Pesan guru Imam Syafii kepadanya, jauhi maksiat karena maksiat yang membuat kita lupa. Sebagaimana di kisah Nabi Musa dengan Khadhir, maksiat dan syaitan yang membuat lupa pemuda yang mendampingi Nabi Musa AS. Ingatlah Allah ketika lupa dan perbanyak istighfar. Ada kebiasaan orang Arab ketika lupa yaitu bershalawat. Orang yang menghafal Al-Quran insya Allah tidak ada yang pikun. Jangan mau pensiun dalam belajar Al-Quran. Dalam sebuah hadits dinyatakan, “Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.“ - Bagaimana cara memperbaiki dan menyempurnakan hafalan?
Perlu usaha dan tekad kuat untuk mengoreksi bacaan. Untuk anak-anak, jika hafalannya sudah terpatri namun ada kesalahan, akan sulit untuk diperbaiki. Karena itu, perdengarkan bacaan Al-Quran yang benar kepada anak. Saat menghafal dan membaca, perlu memperhatikan adab terhadap Al-Quran. Salah satunya, pegang lah mushaf Al-Quran dengan tangan kanan.
Rekaman Materi 5 Pelita Tsukuba 1440
Kontributor: Hifni