Adab Terhadap Al-Quran

Published by forkitajp on

Rangkuman Materi 2 Pelita Tsukuba 1440 bertemakan “Menjadi Generasi Terdepan Bersama Al-Quran” yang disampaikan oleh Ustadz Hartanto Saryono, Lc. Program ini diadakan pada 30-31 Desember 2018 di Masjid Tsukuba.

Barangsiapa bersahabat dengan orang yang mulia, maka dia akan menjadi mulia juga. Barangsiapa berteman dengan penjahat, bukanlah hal yang menjadikan orang mulia. Tidakkah Anda lihat bagaimana kulit yang tadinya hina dicium sebagai tanda pemuliaan, ketika menjadi sampul Al-Quran.
Ungkapan dalam syair Arab

post-image-1
Ustadz Hartanto Saryono, Lc.
  • Abu Hurairah RA pernah mengatakan dalam sebuah riwayat, “Rumah yang di dalamnya dibacakan Al-Quran maka akan banyak kebaikan, didatangi para malaikat, dan setan pada keluar. Rumah yang di dalamnya tidak dibacakan Al-Quran maka akan membuat penghuninya merasakan kesempitan, kebaikannya sedikit, didatangi para setan, malaikat keluar darinya.” Hal ini merupakan makna berkah (barakah); sesuatu yang seolang-olah sedikit tapi dapat memberi banyak manfaat dan dirasakan terus-menerus.
  • Bagaimana kita membaca Al-Quran pasti berpengaruh terhadap lingkungan, termasuk alam sekitar kita yang bukan manusia. Semuanya menyimak bacaan Al-Quran kita dan bahkan sering kali menunjukkan reaksi terhadap bacaan Al-Quran kita.
  • Sesungguhnya setan itu lari terbirit-birit dari rumah yang di dalamnya dibacakan Surah Al-Baqarah.
  • Do’a masuk kampung:

    اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَمَاأَظْلَلْنَ، وَرَبَّ اْلأَرَضِيْنَ السَّبْعِ وَمَاأَقْلَلْنَ،وَرَبَّ الشَّيَاطِيْنَ وَمَاأَضْلَلْن، وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَاذَرَيْنَ. أَسْأَلُكَ خَيْرَهَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَأَهْلِهَا، وَخَيْرَمَافِيْهَا،وَأَعُوْذُبِكَ مِنْشَرِّهَا وَشَرِّأَهْلِهَا وَشَرِّمَافِيْهَا

    Ya Allah, Rabb tujuh langit dan apa yang dinaunginya, Rabb penguasa tujuh bumi dan apa yang ada di atasnya, Rabb yang menguasai setan-setan dan apa yang mereka sesatkan, Rabb yang mengendalikan angin dan apa yang diterbangkannya. Aku mohon kepada-Mu kebaikan kampung ini, kebaikan penduduknya dan apa yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan kampung ini, keburukan penduduknya dan apa yang ada di dalamnya.

Adab Tilawah Al-Quran

  • Salah satu referensi terkait adab dalam menghafal AL-Quran adalah Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat al-Quran karya Imam An-Nawawi.
  • Mengagungkan Al-Quran artinya mengagungkan Allah SWT. Sejauh mana kita mengenal Allah SWT, selevel itu lah kita mengagungkan Al-Quran, baik mengagungkan bacaannya, hukum-hukumnya, atau pun proses belajarnya. Ketika berinteraksi dengan Al-Quran, bukan hanya membacanya tetapi juga memahami dan mengamalkan dalam keseharian kita.
  • Adab-adab ketika membaca Al-Quran adalah sebagai berikut.
    1. Ikhlas hanya karena Allah SWT. Semua amal harus dilandasi keikhlasan.
    2. Ath-Thaharah; suci dari hadats besar, dan sebaiknya juga dari hadats kecil. Sebaiknya membaca Al-Quran dalam keadaan berwudhu, meskipun tidak ada keharusan untuk itu.
    3. Membersihkan mulut terlebih dahulu, bisa dengan sikat gigi atau siwak. Imam Nafi’ Al-Madani ketika membaca, melantunkan, atau sedang mengajarkan Al-Quran muncul aroma wangi dari mulutnya. Beliau merupakan Imam Qiraat Ahlul Madinah (tinggal di Madinah sejaman dengan Imam Malik), memiliki 2 murid yang terkenal; Warsh dan Qalun, dimana bacaan Warsh dari Imam Nafi’ saat ini lebih sering dipakai oleh masyarakat Maroko.
      Imam Nafi’ pernah bermimpi dibacakan Al-Quran oleh Nabi SAW dimulutnya, dan sejak saat itu bau kesturi keluar dari mulutnya.
    4. Jika memungkinkan, menghadap ke kiblat.
    5. Membaca di tempat yang layak untuk membacanya; bersih dan suci.
    6. Memulai dengan isti’adzah (ta’awudz), yaitu ucapan “a’udzubillahi minasysyaithanirrajim.” Allah mengingatkan akan hal ini pada Quran Surah An-Nahl (16) ayat 98. Jika memulai bacaan dari awal surah dan ada basmalahnya, maka bacalah basmalah. Jika membaca dari tengah surah pada dasarnya tidak membaca basmalah, meskipun sebagian ulama mengatakan perlu melihat konteks ayat yang dibaca.
      Catatan: isti’adzah bukan ayat Al-Quran.
    7. Hadirkan hati, khusyu’, tadabbur terhadap ayat-ayat Al-Quran. Maksud tadabbur adalah kita dapat mengambil pelajaran penting dari suatu ayat setelah membacanya. Tadabbur berbeda dengan tafsir. Ketika mentadabburi ayat, kita mengambil pelajaran penting yang bisa menyentuh hati dan bisa diimplementasikan dalam keseharian kita.
    8. Tartil dan menjaga hukum-hukum bacaan. Tartil bukan bermakna perlahan.
    9. Dianjurkan melakukan sujud tilawah ketika bertemu ayat sajadah, baik di dalam maupun di luar shalat. Ada 15 tempat ayat sajadah pada Al-Quran. Jika ayat sajadah ditemukan di akhir surah ketika shalat, maka laksanakan sujud tilawah dan kemudian berdiri kembali sebelum melanjutkan bacaan ataupun ruku’.
      Bacaan sujud tilawah:

      سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

    10. Meletakkan mushaf di tempat yang lebih tinggi.
    11. Membaca berurutan sesuai urutan yang ada di mushaf. Ketika shalat, dahulukan membaca surah yang lebih awal meskipun tidak ada keharusan. Jangan membaca akhir surah pada rakaat pertama dan membaca awal surah di rakaat berikutnya.
    12. Memperbagus suara, dengan tetap memperhatikan hukum bacaan.
    13. Jika memulai bacaan dari tengah surah, maka mulailah dari awal tema; dan jika ingin mengakhiri bacaan di tengah surah, maka akhirilah di akhir tema yang tidak memiliki hubungan erat dengan ayat setelahnya. Jangan berpatokan pada juz, karena terdapat awal juz (menurut Imam An-Nawawi ada 7 awal juz) yang tidak memiliki makna sempurna jika tanpa ayat sebelumnya, seperti awal juz kelima.

Sesi Tanya Jawab

  • Apa yang harus diperhatikan apabila membaca Al-Quran melalui smartphone?
    Secara adab untuk tilawah tidak jauh berbeda dengan mushaf. Namun saat tidak membaca, tutup lah aplikasi Al-Quran agar Al-Quran tidak tertampilkan. Tidak boleh dibawa ke kamar mandi jika masih ditampilkan pada layar atau sedang memutar murattal.
  • Terkait fenomena rumah tahfiz dan sekolah-sekolah Islam yang kian menjamur di Indonesia. Banyak anak yang baik dalam hafalan namun masih kurang dalam penerapan akhlak dan adab. Apa yang semestinya dilakukan?
    Perlu diingatkan bahwa dalam menghafal Al-Quran tidak hanya menghafal teks, tapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Terdapat 3 unsur dalam menghafal Al-Quran, yakni menghafal sembari mentarbiyah diri kita berdasarkan nilai-nilai dari ayat yang dihafal. Guru harus memberikan materi terkait adab penghafal Al-Quran.
  • Bolehkah saat melaksanakan shalat sunnah berjamaah, makmum memegang mushaf Al-Quran? Dan bagaimana agar tetap menjaga adab terhadap Al-Quran saat shalat?
    Dalam kondisi shalat sunnah, makmum diperkenankan sambil memegang mushaf demi menyimak bacaan imam dan menambah kedekatan dengan yang dibaca. Saat sujud, boleh diletakkan di atas kepala dan perlu dipegang kembali untuk dibawa berdiri.
  • Bolehkah membaca Al-Quran untuk mendapat sesuatu hajat?
    Niatkan membaca Al-Quran ikhlas karena Allah SWT, bukan karena hajat. Jika memiliki hajat, dapat diungkapkan dengan doa. Jika niat karena Allah SWT, insya Allah keinginan yang lain akan ikut, namun tidak sebaliknya.
  • Bagaimana sujud tilawah ketika di kereta api?
    Sujud tilawah sifatnya sunnah (dianjurkan) dan bukan harus. Umar RA pernah membaca ayat sajadah ketika khutbah jumat, setelahnya turun dari mimbar dan melakukan sujud tilawah. Namun, pada kesempatan berikutnya, Umar RA tidak melakukan sujud tilawah. Terkait mendengar ayat sajadah dari rekaman murattal, maka tidak perlu melakukan sujud tilawah.
    Catatan: Saat membaca Al-Quran harus ada gerakan mulut (dan lidah).

Rekaman Materi 2 Pelita Tsukuba 1440



Kontributor: Hifni