Mukjizat Al-Quran

Published by forkitajp on

Rangkuman Materi 1 Pelita Tsukuba 1440 bertemakan “Menjadi Generasi Terdepan Bersama Al-Quran” yang disampaikan oleh Ustadz Hartanto Saryono, Lc. Program ini diadakan pada 30-31 Desember 2018 di Masjid Tsukuba.

القرآن: هُوَ كَلَامُ ٱللهِ ٱلْمُنَزَّلُ عَلَى قَلْبِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ٱللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ٱلْمَكْتُوبُ بَيْنَ دَفَّتَيِ ٱلْمُصْحَفِ، ٱلْمَنْقُولُ إِلَيْنَا بِٱلتَّوَاتُرِ، ٱلْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ، ٱلْمُعْجِزُ بِأَقْصَرِ سُورَةٍ مِنْهُ، ٱلْمَبْدُوءُ بِسُورَةِ ٱلْفَاتِحَةِ وَٱلْمُخْتَتَمُ بِسُورَةِ ٱلنَّاسِ

Al-Quran adalah Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tertulis di antara dua sampul mushaf, sampai kepada kita secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah, menjadi mukjizat meski dengan surat yang paling pendek sekalipun, dimulai dengan Surah Al-Fatihah, dan ditutup dengan Surah An-Nas.

post-image-1
Ustadz Hartanto Saryono, Lc.
  • Prinsip utama dari definisi Al-Quran adalah Kalamullah (atau Firman Allah), merupakan perkataan langsung dari Allah dimana teks dan redaksinya langsung dari Allah SWT dan Nabi SAW hanya menyampaikan kepada kita setelah mendapat wahyu melalui Jibril AS tentang Al-Quran.
  • Allah menurunkan Al-Quran ke hati Rasulullah SAW. Proses belajar Rasulullah SAW kepada Jibril AS berbeda dengan proses kita dalam belajar (mendengar, mencerna, memahami, menghafal, dst). Jibril AS menyampaikan Al-Quran ke hati Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman:

    قُلْ مَن كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

    Artinya, “Katakanlah: ‘Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS Al-Baqarah (2): 97)

    Allah SWT juga memberi rekomendasi dan sertifikasi bahwa Nabi SAW diajari Al-Quran dan tidak akan lupa, kecuali jika Allah SWT berkehendak dengan maksud menghapus ayat tersebut, sebagaimana firman Allah SWT pada Al-Quran Surah Al-A’la:

    سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنسَىٰ [٦] إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَىٰ [٧]

    Artinya, “Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.” (QS Al-A’la (87): 6-7)

  • Suatu ketika Ubay bin Ka’ab RA mengadu ke Rasulullah SAW akan kekhawatirannya jika terlupa suatu ayat. Rasulullah SAW menepuk dadanya dan mendoakannya, sejak hari itu tidak ada satu huruf pun yang terlupa.
    Catatan: Ubay bin Ka’ab RA merupakan salah satu guru Quran di antara para sahabat, selain Utsman bin Affan RA, Ali bin Abi Thalib RA, Ibnu Mas’ud RA (Abdullah bin Mas’ud RA), Zaid bin Tsabit RA.
  • Mukjizat berasal dari kata al-‘ajz yang secara bahasa berarti lemah, tidak ada kemampuan. Ada dua unsur dalam mukjizat; menantang dan melemahkan. Mukjizat pasti ajaib (kata ajaib merupakan bentuk jama’ dari ajiib), tapi yang ajaib belum tentu mukjizat.
  • Mukjizat secara istilah bermaksud sesuatu yang unik (di luar kebiasaan) berkaitan dengan Al-Quran yang berfungsi untuk menantang orang-orang kafir untuk mendatangkan yang serupa dengan Al-Quran sekaligus juga melemahkan mereka (niscaya tidak akan ada yang mampu membuat yang serupa dengan Al-Quran).
  • Allah SWT akan menghinakan orang yang mencoba membuat tandingan atau mengkritisi Al-Quran. Sebagai contoh adalah sosok Musailamah (Musailimah) dan sosok An-Nahar (di riwayat lain disebut sebagai An-Najar). Musailamah merupakan sosok yang mengaku sebagai nabi, bahkan ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Sementara An-Nahar merupakan sosok yang mengakui Musailamah sebagai nabi di hadapan warga Yamamah, yang mengakibatkan murtadnya seluruh warga Yamamah. An-Nahar juga menjadi guru Musailamah dalam menggubah Al-Quran tandingan. Oleh karena perbuatannya ini, Musailamah mendapat gelar Al-Kadzdzab.
  • Membaca Al-Quran bernilai ibadah, bahkan nilai ibadah membaca Al-Quran berbeda dengan ibadah-ibadah lain. Nilai ibadah membaca Al-Quran dihitung per huruf. Nabi SAW menyampaikan bahwa barang siapa membaca satu huruf dari Al-Quran maka baginya satu ganjaran kebaikan dan setiap satu kebajikan (pahala) tersebut dilipatgandakan menjadi 10 kali.
  • Pada masa Al-Hajjaj bin Yusuf, ulama diminta untuk menghitung jumlah huruf dalam Al-Quran guna membagi Al-Quran kepada juz. Karena itu, membaca Al-Quran per juz tidak dilakukan pada masa Nabi SAW.

Mukjizat Al-Quran

  • Al-Quran telah menjadi mukjizat sejak awal mula turun. Mukjizat yang pertama dibidik oleh Al-Quran adalah mukjizat bayaniyyah (struktur kalimat dalam Bahasa Arab), karena sosok yang berpengaruh pada saat itu adalah penyair.
  • Semua nabi dikaruniai mukjizat, namun sifatnya temporer. Sementara Al-Quran sifatnya kontinu hingga hari kiamat dan selalu relevan dengan berbagai masa. Orang Arab ketika mendengar Al-Quran paham bahwa Al-Quran bukanlah perkataan manusia.
  • Walid ibnu Al-Mughirah, pujangga besar di Makkah, memahami bahwa Al-Quran merupakan perkataan Allah SWT. Namun hawa nafsu dan kesombongan membuatnya membelakangi Al-Quran. Para pembesar Quraisy pun, walaupun mengingkari, sebenarnya mereka mengagumi Al-Quran dan sering mencuri dengar saat Nabi SAW membacakan Al-Quran.
  • Tujuan mukjizat bayaniyyah Al-Quran ini adalah sebagai petunjuk hati dan hidayah bagi pendengarnya, bukan hanya penikmat struktur ketinggian bahasa dan penikmat suara. Sebagai contoh, Umar ibnu Al-Khaththab RA menghafal Surah Al-Baqarah selama 12 tahun. Sayyid Quthb memaparkan dalam tulisannya terkait mengapa para sahabat bisa menjadi generasi yang unik dan unggul; ketika para sahabat membaca, menghafal atau memahami Al-Quran tujuannya adalah mencari petunjuk, memahami perintah dan larangan dalam suatu surah Al-Quran, kemudian meresapi dalam hati, mengamalkan, dan melupakan hal-hal yang tadinya menjadi kebiasaan. Para sahabat mengatakan, “Kami tidak melampaui 5 ayat sebelum mengamalkan 5 ayat yang telah kami pelajari.” Kisah bagaimana Umar RA mendapatkan hidayah juga membuktikan kemukjizatan Al-Quran, yakni tatkala membaca 8 ayat pertama Surah Thaha.
  • Allah SWT memilih Bahasa Arab sebagai Bahasa Al-Quran karena memiliki keunikan tersendiri, yakni orisinalitasnya. Salah satu bentuk mukjizat Al-Quran dari segi bahasa lain adalah bagaimana ummat Islam yang tidak bisa berbahasa Arab namun masih bisa membaca Al-Quran sebagaimana Rasulullah SAW menerima dari Jibril AS. Al-Quran satu-satunya kitab yang terpelihara sehingga kita menemukan Al-Quran dalam bentuk aslinya.
  • Kisah Al-Ashma’i dan seorang Badui: Al-Ashma’i merupakan pakar Bahasa Arab. Dalam sebuah majelis, Al-Ashma’i salah mengutip sebuah ayat di Surah Al-Maidah (ayat 38), kemudian dikoreksi oleh seorang Badui berdasarkan redaksi ayatnya, meskipun sang Badui tidak hafal ayat tersebut. Atas kejadian ini, Al-Ashma’i berkomentar, “Demi Allah, sesungguhnya kita ini orang-orang yang tidak mengerti bahasanya orang Arab.
  • Bahasa Arab disebut sebagai bahasa mu’rabah (bahasa yang berubah), sementara bahasa lain disebut bahasa mabniyyah (bahasa yang permanen). Dalam bahasa mabniyyah, orang bisa belajar dengan menghafal kosakatanya dan menyusun kalimat dari kata-kata ini, karena bentuk katanya tidak berubah. Hal ini tidak berlaku pada Bahasa Arab, dimana sebuah kata bisa berubah bentuknya sesuai dengan posisinya pada kalimat.
  • Abu Al-Aswad Ad-Du’aliy diminta Ali bin Abi Thalib RA untuk memberi tanda baca pada Al-Quran. Awalnya ia menolak. Namun setelah mendengar seseorang salah membaca Surah At-Taubah ayat 3, maka ia pun melakukannya.
  • Mukjizat ‘adadi. Para ulama menghitung kata demi kata dalam Al-Quran dan membandingkan jumlah kata-kata dalam Al-Quran.
    • Kata “dunia” dan “akhirat” disebutkan sebanyak 115 kali
    • Kata “kematian” dan “kehidupan” disebutkan sebanyak 145 kali
    • Kata “musim panas” dan “musim dingin” disebutkan sebanyak 5 kali
    • Kata “as-sayyiat” dan “ash-shalihat” disebutkan sebanyak 167 kali
    • Kata “al-kufru” dan “al-iman” disebutkan sebanyak 17 kali
    • Kata “kufran” dan “imanan” disebutkan sebanyak 8 kali
    • Kata “iblis” dan lafaz al-istihadzah disebutkan sebanyak 11 kali
    • Kata “asy-syahr” disebutkan sebanyak 12 kali; sejumlah bulan dalam setahun
    • Kata “al-yaum” disebutkan sebanyak 365 kali; sejumlah hari dalam setahun
    • Kata “al-ayyam” disebutkan sebanyak 30 kali; sejumlah hari dalam sebulan
  • Mukjizat ‘ilmi, penemuan-penemuan ilmiah yang ada di masa sekarang dan memiliki kolerasi erat dengan ayat-ayat Al-Quran. Yang perlu kita pegang adalah penemuan ilmiah disebut ilmiah jika benar-benar sudah terbukti secara hukum/aksioma ilmiah dan mustahil bertolak belakang dengan Al-Quran. Apa bila bertolak belakang, maka konsep yang perlu kita pegang adalah Al-Quran. Contoh mukjizat ‘ilmi Al-Quran adalah pertemuan dua jenis lautan, proses penciptaaan manusia dan perkembangan embrio.

Sesi Tanya Jawab

  • Al-Quran turun berangsur dan ada asbabun nuzul. Kenapa penyusunan tidak berdasarkan asbabun nuzul?
    Tidak semua ayat turun karena sebab, bahkan banyak ayat turun tanpa sebab seperti ayat tentang kisah umat-umat terdahulu. Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu dari Jibril AS, Jibril AS selalu mengatakan, “Letakkan lah ayat ini setelah ayat yang itu dan sebelum ayat yang ini.” Demikian pula ketika Rasulullah SAW menyampaikan Al-Quran kepada para sahabat, disertai dengan informasi cara penyusunan ayat demi ayat. Sehingga pada akhirnya tersusun lah Surat Al-Fatihah dari awal dan Surah An-Nas diakhir, yang disebut dengan susunan tauqifi (artinya, sudah dari sananya). Susunan ini juga sama ketika Nabi mengulang hafalan Al-Quran langsung kepada Jibril di tahun terakhir hidup beliau, bahkan hingga dua kali (biasanya hanya sekali).
  • Mengapa ada ayat yang disebutkan Allah berkali-kali di Al-Quran?
    Redaksi boleh berulang, tetapi maknanya berbeda berdasarkan konteks kalimat sebelumnya, atau dalam konteks besar suatu surah dalam Al-Quran. Sebagai contoh, ayat yang berulang pada Surah Ar-Rahman. Karena itu, perlu memahami dengan melihat ke ayat-ayat yang terkait dengan ayat tersebut, sehingga tidak ada makna yang berulang dalam Al-Quran meskipun terjemahannya bisa jadi sama.

Rekaman Materi 1 Pelita Tsukuba 1440



Kontributor: Hifni & Wira