Serial Muslim Jepang #4: Bahasa Indonesia Penopang Pengajaran Keimanan

Published by forkitajp on

Akhir-akhir ini saya berdiskusi dengan beberapa teman-teman di Jepang tentang cara mengajarkan Islam dengan Bahasa Jepang.

Teman yang pertama bercerita bahwa anaknya yang usia SMA tidak paham ketika sang ibu menjelaskan Islam dalam Bahasa Indonesia. Si anak baru lah lebih mengerti ketika sang ayah yang menjelaskannya dengan Bahasa Jepang yang mudah. Ibu dan ayah dari anak ini adalah orang Indonesia.

Teman yang kedua bercerita bahwa dirinya berasal dari ibu Indonesia yang tidak bisa berbahasa Jepang, sehingga sang ibu hanya berbicara kepadanya dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan ayahnya yang orang Jepang, berbicara kepadanya dalam Bahasa Jepang. Teman saya ini menjelaskan, bahwa ketika ayahnya menjelaskan Islam dengan Bahasa Jepang, itu sebatas untuk pemahaman di akalnya saja, tapi tidak sampai menyentuh hatinya. Sedangkan ketika ibunya menjelaskan Islam dalam Bahasa Indonesia, barulah bisa masuk menyentuh hatinya. Teman saya ini pun melanjutkan ceritanya, bahwa ketika akhirnya ia membaca sendiri buku-buku tentang Islam, maka buku yang dituliskan dalam Bahasa Indonesia lah yang lebih menyentuh hatinya.

Ada lagi teman saya yang aktif berdakwah di kalangan muslimah Jepang asli. Para muslimah Jepang ini mengatakan pada teman saya ini, bahwa Bahasa Jepang tidak memiliki sense yang tepat untuk menjelaskan Islam. Seperti misalnya saja kata “sabar” yang jika diterjemahkan ke Bahasa Jepang, gaman suru, tidak memiliki makna yang sama dengan sabar yang di dalam Islam. Gaman suru bermakna menahan diri, yang suatu saat bisa saja meledak. Sedangkan sabar, dia tidak mengenal batas kapan selesai. Hal-hal seperti ini yang membuat muslimah Jepang ini berkata ke teman saya, “Kami tidak mengerti, kenapa orang Indonesia muslim bisa menangis hanya dengan membaca suatu artikel keIslaman.

Ya, itu lah rahasia bahasa. Saya sendiri belum bisa memahami apa hikmah dari sulitnya Bahasa Jepang menangkap nuansa keislaman yang menyentuh hati. Bisa jadi karena Bahasa Jepang sangat minim menerima bahasa serapan dari Bahasa Arab. Atau mungkin karena masih terbatasnya jumlah para da’i Jepang asli yang bisa membumikan bahasa-bahasa langit dari terjemahan Al Qur’an, agar orang awam di Jepang sekali pun bisa menangkap keindahan Islam di dalamnya. Entah lah…

Pikiran saya kembali ke peristiwa setahun yang lalu, sekitar November 2019 hingga Januari 2020, kami membuat semacam kelas belajar untuk para muslimah Indonesia yang menikah dengan orang Jepang. Mereka memiliki kesulitan dalam menjelaskan Islam kepada anak-anak mereka. Semula saya berpikir, jalan keluarnya adalah mengajarkan ibu-ibu ini tentang kiat memperkenalkan keimanan dalam Bahasa Jepang.

Pertemuan demi pertemuan kami lalui sampai akhirnya kami sampai pada kesimpulan, sepertinya bukan itu jawabannya. Lalu saya coba ajukan permintaan ke teman-teman mahasiswi yang jago berbahasa Jepang untuk membuat video-video ringan menjelaskan Islam dalam Bahasa Jepang. Namun cita-cita ini belum terealisir karena berbagai kendala.

Hingga akhirnya sampai lah saya pada hari ini, yaitu ketika akhir pekan lalu saya berdiskusi dengan teman-teman tentang rahasia di balik Bahasa Jepang tadi. Ya! Mungkin salah satu jalan keluarnya adalah, tetap mengajarkan Bahasa Indonesia kepada anak-anak muslim Indonesia (baik itu berasal dari pernikahan campuran Jepang Indonesia, atau pun 100% Indonesia). Bahasa Indonesia adalah penopang penting bagi anak-anak kita ke depannya nanti untuk lebih mendalami Islam. Allohua’lam.


Kontributor: Bunda 3F