Tidak Berlebihan dan Tidak Sombong

Published by forkitajp on

Dalam berpakaian, dianjurkan untuk bersikap sederhana, tidak berlebihan dan tidak sombong, juga tidak buruk dan tidak dekil. Kesederhanaan dan sikap pertengahan dianjurkan dalam segala urusan, termasuk dalam berpakaian. Allah berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus setiap masuk mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)

Dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwasanya Nabi bersabda:

كُلوا وتصدَّقوا والبَسوا في غيرِ سرفٍ ولا مَخيَلةٍ

Makan, bersedekah, dan berpakaianlah dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak sombong.” (HR. Annasai 5/79)

Standar berpakaian tentunya berbeda antara satu orang dengan orang lain, sesuai dengan kondisinya, orang kaya bisa membeli pakaian yang tidak cocok dibeli oleh orang dengan pendapatan pas-pasan. Suatu pakaian bisa terhitung berlebihan jika dibeli orang miskin, dan tidak termasuk berlebihan jika dibeli orang kaya.

Pelajaran: Sunnah ketika memakai pakaian

Rasulullah jika memakai pakaian, beliau memuji Allah dengan berkata:

الحمد لله الذي كساني هذا ورزقنيه من غير حول مني ولا قوة

Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian dan rezeki tanpa daya dan upaya dariku.” (HR. Abu Dawud 4023)

Ingat!

Allah mengharamkan sikap berlebihan dalam berpakain yang standarnya berbeda tergantung kondisi masing masing.

Pelajaran: Bersikap di antara keduanya (berlebihan dan kikir)

Allah berfirman:

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan hartanya, mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan: 67)

Di antara karakteristik utama ajaran Islam yang ingin ditanamkan oleh Al-Quran dalam jiwa adalah keseimbangan dan sikap pertengahan dalam segala bidang kehidupan. Islam menekankan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dalam makanan dan pakaian seorang muslim, sebagaimana juga ditekankan dalam ibadah, shalat, dan qiyamnya.

Islam mengakui kepemilikan individu bagi manusia, tapi ia tak diberikan kebebasan penuh dalam membelanjakan dan menghamburkannya sebagaimana yang ia kehendaki seperti dalam sistem kapitalis. Kebebasan yang diberikan terikat dengan aturan Allah dan Rasul-Nya yang menjaga supaya ia tak melanggar batasan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

كُلوا واشربوا وتصدَّقوا والبَسوا من غيرِ سرفٍ ولا مَخيَلةٍ

Makan, minum, bersedekah, dan berpakaian lah dengan tidak berlebihan dan bersikap sombong.” (Almusnad 6695).

Sikap tersebut adalah kondisi pertengahan antara berlebih-lebihan dan kikir. Berlebih-lebihan berdampak buruk bagi jiwa, harta, dan masyarakat, sebagaimana sifat kikir berdampak buruk dengan menjauhkan manfaat harta bagi pemiliknya dan orang sekitarnya.

Islam menata sisi kehidupan ini memulai dari individu, dan menjadikannya salah satu tanda keimanan dan kelebihan ibaadurrahman. Dan ketika para sahabat takut jika menjaga keindahan dalam berpakaian disebut kesombongan, Rasulullah menjawab:

إنَّ اللَّهَ جميلٌ يحبُّ الجمالَ الكبر بطر الحقِّ وغمط النّاس

Sesungguhnya Allah Mahaindah, menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim 147).

Memperhatikan keindahan dalam berpakaian bukan dengan mengorbankan kebutuhan lain yang lebih utama dan mendesak, bukan juga untuk merendahkan orang lain, tapi semata ingin menampakkan nikmat Allah tanpa berlebih-lebihan dan tidak kikir, tapi berada di antara kedua sifat tersebut.

Artikel ini merupakan terjemahan dari buku Panduan Fikih bagi Pelajar di Negeri Rantau, Bagian (2) Kehidupan Sehari-hari, Pasal (2) Pakaian, oleh Ustadz Jailani Abdul Salam, Lc., MA.