Pakaian: Pendahuluan
Pakaian
Ketika Adam dan Hawa pertama kali diturunkan ke bumi, kebutuhannya juga diturunkan dari langit. Allah menurunkan pakaian untuk Adam dan Hawa dari langit. Allah berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
“Wahai anak cucu Adam! Kami sesungguhnya telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan sebagai perhiasan bagimu, tetapi pakaian ketaqwaan itulah lebih baik bagimu.” (QS. Al-A’raf: 26)
Setelah itu Allah mengajarkan anak cucu Adam cara membuat pakaian, bertenun, dan menanam kapas yang bisa diolah menjadi pakaian. Allah juga mengajarkan mereka bagaimana mengolah sutera, membuat pakaian perang dan bentuk pakaian lainnya. Firman Allah:
وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ
“Dan Dia menjadikan pakaian bagimu yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan).” (QS. An-Nahl: 81)
Jadi pakaian merupakan pemberian Tuhan dan nikmat besar bagi manusia yang perlu disyukuri dengan tidak melanggar aturan yang sudah digariskan.
Hukum asal pakaian
Hukum asal pakaian adalah halal dan mubah. Firman Allah:
قلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
“Katakan wahai Muhammad! Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik baik).”
Allah juga berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِين
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang menutupi aurat setiap masuk mesjid, makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan sesungguhnya Allah tak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31).
Abdullah bin Amru bin Al-’Ash berkata, “Nabi bersabda:
كُلوا وتصدَّقوا والبَسوا في غيرِ إسرافٍ ولا مخِيْلَة
Makan, bersedekah, dan berpakaianlah tanpa berlebihan dan tanpa kesombongan.” (An-Nasai 2559)
Abdullah bin Abbas berkata:
كُل ما شِئتَ والبس ما شئتَ ما أخطأتْكَ اثنتانِ: سرَفٌ ومخيَلةٌ
“Makan apa yang Engkau mau, pakai yang Engkau kehendaki selama tak ada dua kebiasaan bersamamu: berlebihan dan sombong.” (Ibnu Abi Syaibah 24878)
Jadi hukum asal pakaian adalah dibolehkan kecuali yang diharamkan oleh Allah.
Pembahasan berikut mengenai aturan dan kaedah berpakaian yang perlu diperhatikan di negeri minoritas muslim.
Pelajaran penting: Pakaian ketaqwaan itulah yang lebih baik
Allah berfirman:
وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Dan pakaian ketaqwaan itulah yang lebih baik, itu termasuk tanda kekuasaan Allah supaya mereka mengingat Allah.” (QS. Al-A’raf: 26)
Dalam Al-Quran, ada hubungan antara pakaian sebagai penutup aurat dan perhiasan dengan taqwa kepada Allah. Dua-duanya adalah pakaian, yang satu menutup aurat tubuh dan menghiasinya, yang satu lagi menutup aurat hati, menghiasi, dan menjaganya. Jika hati berpakaian taqwa dan rasa malu kepada-Nya, maka akan muncul perasaan benci terhadap pamer aurat tubuh. Siapa yang tak malu dan tak takut kepada Allah, dia tidak takut untuk bertelanjang dan mengajak untuk buka aurat, baik bertelanjang dari aturan syariat dan ketaqwaan ataupun bertelanjang dari pakaian dan pamer aurat.
Menutup aurat bukan sekedar kebiasaan, ia adalah fitrah yang diberikan oleh Allah untuk manusia. Ia juga merupakan aturan yang Allah turunkan yang mudah dilaksanakan dengan segala kemudahan dan kecakapan yang Allah bekali untuk ummat manusia.
Agar mereka selalu ingat Allah…, mari kita selalu mengingat untuk membersihkan dan mensucikan pakaian taqwa sebagaimana kita memperhatikan kesucian dan kebersihan pakaian penutup dan penghias tubuh. Mari kita setiap waktu meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki lahir dan batin kita, serta membersihkan penyakit dari hati kita semua.